Senin, Mei 11

Paus & Yudaisme

Hari ini, 11 Mei Paus tiba di Isael dalam rangka kunjungan 8 hari ketanah suci tersebut. Hal ini jelas sangat menarik mengingat segitiga konflik sealiran (dan bersaudara) antara Yudaisme, Katolik dan Protestan.

Ditambah baru-baru ini Paus baru menerima beberapa Bishop dari Potestan yang kembali masuk dalam jajaran keimamatan Katolik Roma. Salah satu diantara mereka adalah Bishop Richard Williamson yang terkenal anti Yudaisme. Ia pernah mengeluarkan sebuah statement yang sangat terkenal yang mengguncangkan dunia yaitu bahwa Holocaust (pembantaian Yahudi oleh German) tidak pernah terjadi, itu adalah fiktif dan bukan sejarah. Williamson tidak pernah merevisi atau meminta maaf atas pernyataan yang melukai Yudaisme tersebut saat ia telah masuk Roma Katolik. Hal ini jelas seperti memberi sinyal Vatikan mendukung apa yang dikatakannya. Belum ditambah bahwa Paus sendiri adalah orang Jerman, yang secara komunitas memiliki dosa besar pada orang-orang Yahudi.

Padahal pembantaian itu merupakan "dosa" orang-orang Protestan. Mengingat German adalah awal dan pusat pergerakan Protestan. Gerakan Nazi menginvansi Eropa didukung oleh para pemikir Protestan, yang ingin melepaskan diri dari bayang-bayang Katolik (theolog protesten menganggap Katolik menguasai Eropa). Sementara dalam melepaskan bayang-bayang Yahudi dalam Protestan, mereka merestui Nazi melakukan Holocaust.

Seru juga mengamati sejarah, dan menyadari "dosa" dari tiap pihak yang membuat hubungan menjadi rumit dan menjadi konflik. Menyadari sebuah sikap Paus dalam mempertanyakan Yudaisme sebagai "center of the world conflict", dalam terlalu atraktifnya Israel dalam bermain-main dengan politik dan konflik, sangat kurang dalam berkompromi, sehingga menjadi sumber keresahan dunia. Hal membuat kita rethinking dalam hubungan kita dengan Yudaisme masa kini.

Saat masa kini banyak denominasi protestan yang berusaha kembali pada akar Yudaisme, sementara para bapa peletak batu Protestan justru menyangkalnya dan ingin keluar dari bayang-bayangnya.

Kita semua menjadi nabi yang meramalkan apokalips yang akan terjadi dimulai di Israel, sehingga kita kadang menjadi buta dan merestui semua tindakan Israel masa kini. Bukankah Tuhan berkata kita harus berdamai dengan semua orang? Bukannya memanas-manasi sebuah perang hanya karena ikatan emosi spiritual?

Just Rethinking our conection with Judaism...

0 comments: