Senin, Maret 23

Aku, Manusia Celaka

Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. (Roma 7:15)

Please take a moment to read Rome 7:15-25 before you continue reading this articles.


Saya punya sebuah kelemahan besar, yang saya putus asa dalam menghadapi cobaan dan tantangannya. Saya sudah coba melawannya, mengingkarinya, berpuasa, dan semua hal telah saya lakukan untuk menaklukannya, namun semuanya tidak berhasil. Saya putus asa! Tidakkah ada jalan untuk saya keluar dari hal ini...?!

Saat membaca Roma 7:15-25, saya menjadi mengerti bahwa setiap manusia seperti yang dikatakan Paulus, memiliki sebuah keputus-asaan yang sama baik yang disadari maupun tidak. Kita ini manusia celaka, memiliki sebuah kelemahan yang tidak dapat kita taklukan, apa yang kita lakukan bukanlah hal-hal yang benar. Butuh sebuah usaha dan kesadaran besar untuk kita bisa melakukan hal yang baik. Tapi hal-hal yang otomatis kita lakukan adalah hal-hal yang jahat.

Sudah seringkali saya memotivasi diri sendiri, bila saya menghadapinya maka saya pasti bisa menang. Tapi yang terjadi adalah pola yang sama, saya terus gagal... dan gagal.

Saat saya memainkan sebuah game mengenai bagaiman kita harus mepertahankan benteng yang kita bangun, saya mulai menyadari, bahwa untuk menang dari cobaan dan tantangan saya akan kelemahan itu bukan pada timing saat saya bertempur menghadapinya. Kuncinya justru pada waktu dimana kita tidak menghadapinya. Yaitu menggunakan seluruh waktu itu untuk terus membangun benteng saya menjadi kokoh, karena pada saat musuh menyerang, tidak ada satupun yang dapat kita lakukan, kecuali berharap apa yang kita lakukan selama ini sebelum serangan itu cukup untuk membuat benteng itu kokoh.

Saya menjadi mengerti, cobaan dimulain bukan saat kita menghadapi cobaan tersebut. Melainkan dimulai waktu kita tidak menghadapi cobaan tercebut.

Waktu santai dan waktu normal kita, itulah cobaan dan tantangan yang sesungguhnya...

0 comments: