
Hal ini mengikatkan saya pada Petrus, saat melihat tuannya Yesus berdiri dan berjalan diatas gelombang air dan badai. Ia tidak punya keraguan sedikitpun akan gagal, ia sangat percaya kalau tuannya menghendaki, ia juga dapat melakukannya, dan tuannya tidak mungkin menyuruh sesuatu yang bisa mencelakakannya.
Tapi yang terjadi adalah ia justru menjadi merasakan bahaya itu, merasakan kengerian saat berjalan diatas laut yang dalam, yang bergelora dan siap menelannya. Pikirannya menjadi teralih dari ingin mendapatkan Yesus dengan khawatir akan tenggelam sedikit menyusup dalam hatinya. Itulah justru yang membuat ia tenggelam.
Saat ini saya ingin saudara bersama dengan saya, membayangkan ada diketinggian lantai tiga tersebut. Saudara menunduk menyentuh pembatas yang serendah lutut itu dan melihat kebawah. Apa yang saudara lihat?
Kengerian untuk jatuh, dan lantai batu dibawah siap menerima untuk meremukkan seluruh tulang anda? Coba sekarang anda naik keatas pembatas itu, apakah anda sanggup? Kengeriannya menjadi tiga kali lipat, dan kemungkinan jatuh menjadi 99%. Padahal lebar pembatas yang sama (selebar batu bata) bila hanya 30 cm diatas tanah dengan mudah anda meloncat-loncat, bermain-main, dan menari-nari diatasnya. Tapi saat setinggi ini anda mungkin tidak akan berani melakukannya.
Itulah Iman yang dirasakan Petrus saat ia berdiri diatas air, dan saat kekhawatian menyusup kehatinya. Demikian juga saat anda berdiri diatas ketinggian itu, anda perlu percaya. Saat semua kekhawatiran dan ketakutan seperti menarik anda kebawah, kehawatiran akan hari esok, kekhawatiran penyakit, kekhawatiran uang, kekhawatiran hubungan yang rusak, kekhawatiran akan berita dunia ini, dan segala jenis khawatir lain yang ingin menarik anda untuk jatuh.
Anda harus berani untuk percaya. Karena iman adalah keberanian, dan terus melihat keatas, saat mata hanya tertuju pada Yesus saja, dan tidak melihat sekeliling (apalagi kebawah).
Beranilah... untuk berdiri...
Beranilah... untuk percaya pada Yesus...
0 comments:
Posting Komentar