Selasa, Desember 29

Sense of Crisis


Melihat diberita tentang para pejabat baru mendapatkan fasilitas mobil mewah yang baru, dan mereka hanya cengengesan saja saat ditanya kenapa tidak meneruskan fasilitas mobil sebelumnya, membuat kita prihatin.

Berita ini menjadi kontra dengan berita-berita tragis bagaimana sulitnya hidup rakyatnya, bagaimana orang tua meninggalkan 4 anaknya begitu saja, atau seorang anak berusia 6 tahun mengurusi hidup ibunya yang lumpuh termasuk mencuci, memasak, dan mencari makan.

Dimana "sense of crisis" para pejabat kita?

Bagaimana bisa kita percaya pada mereka, mereka akan memperhatikan rakyat dalam menjalankan tugasnya kalau dalam hal semudah sesepele inipun mereka tidak peduli?

Tapi, tidak usah jauh-jauh melihat para pejabat kita.

Lihat saja para pemimpin gereja kita juga banyak yang berlaku sama...

Banyak yang mempunyai mobil mewah tanpa peduli pada banyak jemaatnya masih berjalan kaki dan kesulitan hidup ekonominya. Kalau ditanya perihal itu, jawaban mereka semua klise, sama... "Khan hamba Tuhan harus diberkati, jadi contoh, bahwa Tuhan baik dan kita diberkati."

Wow jawaban yang mantap...

Membuat kita semua mengambil kesimpulan yang sama, yang saat ini menjadi penyakit kronis gereja : "Berlomba-lomba dalam berkat...."

Berkat menjadi prioritas dan segalanya dalam kehidupan rohani....

Saya merindukan saat Tuhan Yesus memanggil kita,
"Anak manusia tidak punya tempat untuk meletakan kepalanya..."

Sebuah panggilan yang sungguh sejuk dan orisinil...

Jika mereka sungguh pengikut Yesus?
Kenapa mereka tidak memanggil dengan cara yang sama?

Tapi bunyi mereka semua sama,
Yesus telah mati bagi saya supaya saya hidup,
Yesus telah menjadi miskin supaya saya kaya...

Sungguh sebuah bunyi yang absurd dari pengikut Yesus...

0 comments: