Minggu, Desember 27

Perjalanan Tanah Suci

Bed rest total karena typus yang menyerang ini, membuat saya tidak bisa kemana-mana pada Natal ini. Banyak acara penting termasuk pertemuan-pertemuan keluarga tidak dapat dihadiri, sehingga natal yang seharusnya hangat ini terasa begitu dingin tanpa kehangatan keluarga dan kehangatan suasana natal... yang ada hanyalah kehangatan demam...

Tidak dapat yang dilakukan selain menonton televisi, karena tidak sempat membeli dvd untuk stock liburan, keburu sakit menyerang. Dan yang ada ditelevisi hanyalah info-info seputar natal kemeriahan dan kemewahannya.

Bagi saya ironis, Yesus yang memilih dilahirkan dikandang binatang dan dibaringkan dalam sebuah tempat makan hewan. Kini dirayakan oleh pengikutnya dengan menyewa gedung-gedung terbesar dan kemewahan, yang menyedot biaya tentu saja sangat banyak.

Anda tentu tahu kemana artikel ini akan mengarah...
Bukankah dana itu seharusnya digunakan untuk hal-hal yang memberi impact lebih besar bagi bangsa ini atau bagi anak-anak Tuhan dibangsa ini?

Oke, kita bisa beralasan, melakukan yang terbaik buat Tuhan, dengan merayakan sebaik-baiknya.

Hal ini mengingatkan kita pada kisah minyak wangi yang sangat mahal yang ditumpahkan untuk mengurapi kaki Yesus. Murid-muridnya marah melihat pemborosan itu, tetapi Yesus mencegahnya, karena perempuan itu telah melakukan yang terbaik untuk Dia.

Tapi kita harus ingat konteks kisah itu, bahwa itu secara langsung dipersembahkan untuk Tuhan. Kita melihat objeknya. Sementara apa yang gereja lakukan dengan natal ini semata-mata objeknya untuk jemaat. Agar jemaat gathering, penghimpunan kekuatan, dan pemuasan religiusitas kita, terhadap acara dan lambang-lambangnya.

Mendengar berita bahwa para travel yang menyediakan perjalanan ke tanah suci mereguk untung sangat besar di musim seperti ini, karena menjadi puncak permintaan perjalanan, juga membuat saya menggeleng-gelengkan kepala saya.

Ini adalah sebuah bukti, kekristenan telah kehilangan kasih sebagai karunia yang telah diberikan Tuhan. Orang kristen telah menutup mata apa yang terjadi bangsanya, pada sekitarnya, dan memilih berjalan-jalan berwisata rohani dengan biaya yang sangat mahal, demi untuk memuaskan ke-agamawian-nya. Sebuah nafsu yang sama dengan rajin kegereja demi sebuah pembenaran.

Perjalanan rohani sesungguhnya, adalah saat kita berada disini, dihati kita, melakukan firman Tuhan ditengah-tengah lingkungan orang yang percaya dan yang tidak percaya. Meresapi dan karakter, keinginan, dan perjalanan Kristus sendiri ditengah-tengah bangsanya sendiri...

Itulah perjalanan rohani yang sesungguhnya.....

0 comments: