
Begini ceritanya, Yesus datang ke Yerusalem dan disambut dengan gegap gempita oleh hampir semua penduduk kota itu. Sebuah pesta yang layaknya menyambut raja yang datang pada sebuah kota.
Nah, disini anehnnya...
Saat itu adalah sebuah keadaan yang sangat bersukacita bagi Yesus dan murid-muridnya. Namun justru Yesus mulai sensitif, saat melewati pohon ara yang tidak berbuah, Ia marah dan mengutuk pohon tersebut. Saat masuk kedalam bait suci, Yesus mengamuk dan membalikan semua meja pedagang disitu.
Padahal kalau diamati, Yesus marah-marah sebenarnya tidak beralasan. Pohon ara tidak berbuah, karena memang bukan musimnya. Sementara para pedagang ada dibait suci sudah menjadi bagian dari kehidupan dibait suci sehari-hari. Bukanlah hal yang aneh atau melanggar, para penukar uang dan pedagang korban persembahan ada di pelataran bait suci.
So why he is so angry?
Saat melihat sebuah pola, sifat dari Tuhan saya mulai mengerti kenapa Dia melakukan itu. Dia tidak suka melihat sesuatu yang biasa-biasa saja terjadi. Dia tidak suka kata "just fine". Dari sejak awal masa Nuh, manusia sedang dalam peradaban yang baik-baik saja (Mat 24:38), Tuhan marah dan membinasakan manusia. Sampai pada Wahyu, Dia mengatakan karena kita biasa-biasa saja (suam-suam kuku), maka Dia akan memuntahkan kita (Wahyu 3:15-16).
DIA marah....
Dia tidak suka terhadap hal biasa-biasa saja yang kita lakukan.
Dia tidak suka kebiasaan kita kegereja,
but do nothing dengan sekeliling kita.
Dia tidak suka saat kita menjadi terbiasa dengan kerohanian kita.
HE ask something diferent..., something extreme..., something radical....
Jadi milikilah rasa marah, seperti yang Yesus miliki.
Sebuah kemarahan yang terbalik.
Marah, bila semuanya terjadi biasa-biasa saja...
0 comments:
Posting Komentar