Sabtu, Maret 6

Membangun Iman Yang Kuat

Kemarin saya bertemu dengan seseorang yang saya kagumi dan hormati. Kepribadiannya yang tenang, tegas, strict, membuat ia dipercaya memegang banyak jabatan penting, dan orang-orang disekitarnya memberikan kontribusi besar bagi keberhasilannya sebagai leader.

Yang saya heran, ia tidak punya kemampuan apa-apa, selain berbicara tegas (agak galak), namun tenang dan berwibawa. Walaupun begitu, hanya dengan modal itu, ia memiliki pencapaian-pencapaian prestasi yang mengaggumkan. Yang saya sendiri bingung bagaimana bisa mendapatkan itu semua, apakah faktor keberuntungan?

Kami bertemu dalam sebuah urusan resmi. Namun perbincangan yang formal itu tidak sadar melenceng sedikit, saat ia menegur saya tidak punya "mental".

Walaupun saya sedikit terkejut dan tersinggung saat ia mengatakan itu, namun pikiran saya menyetujui apa yang dikatakannya benar. Saat itu kami berbicara dalam konteks, kelengkapan skill saya, hampir tidak ada yang kurang, dengan pencapaian dan terobosan yang juga baik, hampir tidak ada yang tidak bisa saya lakukan dalam lingkup dunia yang sedang kami bicarakan.

Namun saya terbentur selalu pada sebuah tembok yang menurutnya membatasi semua kemampuan saya menjadi minimalis, dan tembok itu disebut "Mental".

Saya teringat pada kita Yoshua pasal pertama yang berulang-ulang betapa Yoshua harus menguatkan dan meneguhkan hatinya, bila ia ingin Tuhan menyertainya. Saat ia berhadapan dengan para tokoh masyarakat dan pada tua-tua, mereka mengatakan hal yang sama, mereka akan bersumpah setia dibawah kepemimpinannya, asalkan ia menguatkan dan meneguhkan hatinya.

Dalam bahasa aslinya menguatkan dan meguhkan hati dikatakan Khazak dan Amat. Yang artinya adalah berani, tegar, keras, dan tegas.

Banyak diantara kita mengira imannya cukup kuat, namun saat dihadapkan pada orang lain, mereka berubah menjadi karakter yang lemah. Iman yang kuat dan mengalahkan gunung seharusnya memiliki mental yang mampu mengalahkan gunung juga.

Tidak heran Kristus berkata, bahwa kita tidak punya iman. Seandainya kita punya, biarpun sekecil biji sesawi saja... maka kita mampu memerintahkan gunung untuk berpindah. Dan Kristus benar, kita memang belum punya mental untuk memindahkan gunung...

Mari belajar mental kuat, keras, dan teguh seperti gunung...
Maka kitapun mampu mengalahkan gunung....

Iman yang mampu memindahkan gunung,
dimulai dari mental memindahkan gunung...

Share

1 comments:

Dony mengatakan...

Terima kasih artikelnya, menegur dan menguatkan saya