Kamis, Januari 15

Living Christian or Ceremonial Christian


Saya tidak tahu entah berapa kali saya duduk di bangku gereja, sambil bertanya-tanya dalam hati, "what the hell i'm doing in here?"

Bergabung dalam orang-orang yang bernyanyi dalam ekspesi dan gerakan yang dipaksakan, dan mendengar orang berbicara diatas mimbar dalam topik yang tidak menarik perhatian saya. Dan sang pengkhotbah selalu mengintimidasi saya dengan, how sinfull you are, if you not listen to whatever he said.

Ya... ya... ya... saya tahu, anda sedang berusaha menunjukan Ibrani 10:25 pada saya :

"Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."

Pertemuan ibadah?
Entah berapa banyak orang yang terkena mental ibadah, dan menjadi Ceremonial Christian seperti yang saya sebutkan diatas. Dan mental ini bahkan sampai pada pengertian Ibr 10:25 diatas. Padahal ayat ini ditulis saat pertemuan ibadah belum menjadi sebuah pola seperti saat ini, alias kebaktian gereja. Kita lihat tejemahan lainnya :

Not forsaking the assembling of ourselves together... (KJV)

Let us not give up meeting together...(New International Version)

not neglecting to meet together.... (English Standard Version)

KJV bilang jangan kamu meninggalkan perkumpulan diantara kita, NIV bilang jangan menyerah terhadap pertemuan kita, ESV bilang jangan mengabaikan untuk bertemu bersama.

Katakan kalau saya salah, tapi apakah terjemahan diatas ada yang mengatakan soal ibadah, atau kebaktian, atau kegereja?

Anda bisa bilang saya sesat dengan menyuruh orang menjauhi gereja. Tapi saya tahu apa yang saya katakan. Saya termasuk dalam kaum imam yang setiap minggu menyiapkan sebuah khotbah yang harus dibawakan, menyiapkan lagu-lagu untuk ibadah, menampung keluhan dan permasalahan jemaat. Bahkan pekerjaan profesional saya juga berkaitan erat dengan gereja. Kata orang saya full-timer, tapi saya tidak melihat seperti itu, saya hanya melihat saya sedang bekerja mencari makan.

Selama menjalani hidup saya yang sekarang ini, saya begitu bingung melihat orang begitu puas menjalani kerohanian mereka dengan kegereja, dan segala kegiatannya, whats the point? Pertemuan kebaktian dirumah yang rutin, pergi ke KKR, membeli album rohani, dsbnya. Mereka pikir itulah kekristenan?!

What the...####?!
Saya betul-betul marah melihat para imam berusaha menarik anak2 Tuhan masuk gereja daripada didorong untuk menjadi gereja. Selama hidupnya mereka menjalani pola hidup bergereja, hidup dalam sebuah ceremonial, kebaktian satu kebaktian yang lain, paskah satu kepaskah yang lain, natal satu kenatal yang lain. Fokus semua energi kehidupannya tertuju kepada satu hal! Gereja...

Butakah mereka apa yang coba dikatakan Ibr 10:25, adalah sebuah pertemuan... meeting... manusia dengan manusia. Bukan manusia dengan Tuhannya. Untuk saling menguatkan, saling menasehati, saling mendoakan, dan saling membagi apa yang dimilikinya.

Konsep ibadah versi perjanjian lama itu tidak ada lagi dalam hukum kasih karunia Kristus. Sejak Dia naik keatas kayu salib dan mengorbankan diriNya, merobek tirai bait Allah dan merusakannya, Ia coba mengatakan, sudah selesai, kau tidak perlu ini lagi.

Ibadah yang Dia inginkan adalah...

Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia. (Yak 1:27)

Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. (Kis 2:42)

Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. (Rom 12:1)


Tuhan ingin Ibadah kita adalah persembahan yang hidup, bukan persembahan yang mati dalam gereja. Kekristenan yang hidup, membawa kekristenan kedalam kehidupan, bukan hidup didalam kekristenan.

Menjadi Kristen yang hidup, berarti membawa Kristus pada kehidupan orang lain, bukan didalam gedung gereja, tapi justu diluarnya. Tanpa mengabaikan pertemuan bersama dengan saudara seiman (sebaiknya juga tidak didalam gedung gereja).

Jangan ada didalam Kehidupan Kristen (dengan ceremonial2nya),

tapi jadilah Kristen yang Hidup....

1 comments:

Anonim mengatakan...

wahhh..wahh renungan loe selalu menarik yah ky.. tanda tanda harus balik ke Gett lagi tuh haha